Langsung ke konten utama

Naskah Drama: Palu Hakim


Naskah Drama
         “Palu Hakim”



Nama kelompok:
1.             Anggit Surya G              (03/XII IPA 4)
2.             Desy Annisa                   (07/XII IPA 4)
3.             Mardatilla Biyand          (18/XII IPA 4)
4.             Muhammad Faturazzan (20/XII IPA 4)
5.             Nugraheni Tri                (21/XII IPA 4)
6.             Rika handaruni               (25/XII IPA 4)


SMAN 3 SURAKARTA
2012/2013

Tokoh cerita
1.    Anggit Surya sebagai Jaksa Gumi
2.    Desy Annisa sebagai Hakim
3.    Mardatilla sebagai Miss Kimmy (keluarga tersangka)
4.    M. Faturazzan sebagai Muhammad Oye (pemuda terdakwa)
5.    Nugraheni sebagai Ani (keluarga korban)
6.    Rika Handaruni sebagai Saksi

Palu Hakim
Persidangan
Jaksa                      : Pada hari sekian bulan sekian tahun 2013, hari sekian bulan sekian, pemuda ini bernama Muhammad Oye, telah menghilangkan nyawa seorang wanita bernama Anu. Atas nama keadilan, saudara Oye kami tuntut dengan hukuman 50 tahun penjara atau seterusnya. Demikian tuntutan kami.
Hakim                    : Betulkan saudara melakukan tuduhan tersebut?

Pemuda                 : Lupa.
Hakim                    : Apakah anda punya bukti-bukti saudara jaksa?
Jaksa                      : Ada, seorang saksi.
Hakim                    : Dia mau disumpah?
Jaksa                      : Ya seharusnya mau.
Hakim                    : Apa keterangan mereka benar?
Jaksa                      : Benar, masuk akal dan tidak ada bukti-bukti yang menyanggahnya.
Hakim                    : Itu saja alasan anda?
Jaksa                      : Juga karena saya yakin bahwa orang ini bersalah.
Hakim                    : Alasan lain?
Jaksa                      : Tidak, untuk sementara itu sudah cukup. Kecuali kalau dia bisa membantah.
Hakim                    : Apakah saudara mau membantah?
Pemuda                 : Iya iya dong...
Hakim                    : Saudara merasa tidak melakukan kejahatan?
Pemuda                 : Ee.. tidak.
Hakim                    : Tapi saudara mabuk?
Pemuda                 : Iyap.
Hakim                    : Saudara dengan sadar mabuk?
Pemuda                 : Benar sekali.
Hakim                    : Kalau sadar, kok tau kalau sedang mabuk?
Pemuda                 : Biasa, Bu. Galau, anak muda. (sambil mengedipkan mata ke arah hakim)
Hakim                    : (memegang kepala sambil bete, muka merah, gak tau ini marah, ikutan galau, apa lupa teks nya, ahahah.. balik ke cerita)
Pemuda                 : Kenapa Bu? Galau kaya saya ya?
Hakim                    : Kalau iya kenapa?
Pemuda                 : Galau kenapa, Bu?
Hakim                    : Kepo banget sih kamu. Gara-gara kamu tau!
Pemuda                 : Wow.. santai Bu, daripada galau ikutan mabuk saja sama saya.
Hakim                    : Habis mabuk ngapain emangnya?
Pemuda                 : Nanti ikut saya bunuh bapaknya si Anu.
Hakim                    : Wo.. Lha eeedaaan-eeedaaan...
Pemuda                 : Sudah-sudah bu.
Hakim                    : Oh iya, khilaf.  Jaksa, dimana saksi matanya? Panggilkan!
Jaksa                      : Saksi silakan masuk.
Datanglah saksi hidup yang gugup dan agak grogi setengah kebelet pipis. (Diperagakan dengan tingkah kaku)
Hakim                    : Silakan duduk di kursi anda, Saksi.
Saksi                       : Terima kasih.
Hakim                    : Hey Saksi, apakah anda melihat dengan kepala, mata, dan anggota tubuh anda yang lain saat pemuda ini membunuh wanita bernama Anu?
Saksi                       : (Diam agak lama, sambil clingak-clinguk) Waduh.. Maaf maaf sekali saya agak   lupa...
Hakim                    : Waduh.. Bisa kacau seperti ini. Puyeng-puyeng kepala ini. (sambil minum air putih)
Saksi                       : Eh Bu Bu.. saya ingat sekarang!
Hakim                    : (tersedak) Uhuk.. Uhuk.. ya ya.. Apa? Apa? Utarakan apa yang anda ingat, cepat keburu anda lupa lagi.
Saksi                       : Yang saya lihat pemuda itu memakai baju merah kotak-kotak bergambar Jokowi dan dia sedang... eeem... sedang (clingak-clinguk, sambil garuk garuk kepala), maaf saya kok mendadak lupa lagi ya Bu.
Hakim                    : Lupa, Lupa lagi? Aduh aduh..
Ya sudah, sidang ini akan saya tunda dan akan dilaksanakan kapan-kapan saja jika sempat. (mengetukkan palu) dok.. dok.. dok..

Di luar pengadilan.
Keluarga               : Wah, bagaimanapun caranya aku harus bisa bebasin adikku yang paling lucu Oye dari hukuman 50 tahun penjara. Minimal hingga tinggal 3 bulan penjara. Terlebih bisa bebas. (ngomong sendiri).
(Keluarga, berjalan menuju ruangan jaksa.)
Keluarga               : Maaf permisi Pak Jaksa Agung yang sangat dimuliakan oleh terpidana kasus korupsi, narkoba, pembunuhan, hingga penculikan (terutama penculikan anak Nazar dan Muzdallifah). Kenalkan saya Miss Kimmy.
Jaksa                      : (melirik sambil malas-malas di meja kerjanya) Ya.. (terkejut) Subhanallah, ternyata ada bidadari yang salah mendarat di bumi. Oh iya, ada apa nona manis?
Keluarga               : Anda kan jaksa yang sedang menangani kasus pembunuhan wanita bernama Anu. Nama anda pasti Jagum, alias Jaksa Gumi.
Jaksa                      : Wah betul sekali, ya ampun pasti bidadari-bidadari khayangan juga pada kenal aku. Ada yang bisa saya bantu, Nona?
Keluarga               : Anda tau apa ini? Barang yang saya bawa ini meski hanya selembar, dapat membuat anda menikmati Paris, Roma, dan London, menikmati liburan mewah disana. Di cek ini sudah lengkap, dari sewa hotel, kendaraan, hinggan bon makan (ya meski cuma makan nasi kucing). Dan ini, koper ini di dalamnya berisi Rp 10 Milyar. Ini dapat membuat anda kaya mendadak. Semua akan mendadi milik anda. Bagaimana? Tertarik Gum?
Jaksa                      : (Memperhatikan dengan tatapan nakal) Em, saya bukannya menolak tawaran yang anda berikan, Nyonya. Hanya saja....
Keluarga               : Kurang banyak?
Jaksa                      : Tidak, maaf tapi saya tidak bisa menerima uang yang tidak halal ini.
Keluarga               : Oke, kalau anda tidak mau terima, dan ingat anda  akan menyesal seumur hidup karena menolak tawaran saya. Selamat siang! (memakai kaca mata) (pergi sambil menghitung langkah)
Jaksa                      : Tunggu.. tunggu Miss Kimmy. Anda jangan tergesa-gesa seperti itu. (berpikir sejenak). Saya terima tawaran nyonya, asal ada syaratnya.
Keluarga               : Apa syaratnya Jagum?
Jaksa                      : Nyonya harus tutup mulut soal ini. Bisa bisa reputasi saya hancur lebur. Lalu.. ada lagi, Nyonya. Uangnya harus dibayar cash, tunai! Saya nggak mau kalau pake cek. Sekarang juga.
Keluarga               : Halah.. halah.. tenang saja kau! Ini sudah aku siapkan koper. Ternyata anda mata duitan juga ya..
Jaksa                      : Nggak papa mata duitan, yang penting kan gak buaya.
Keluarga               : Dasar! Ingat perjanjian kita ya, Jagum!
Jaksa                      : Siap nyonya!
Keluarga               : Dasar nggak waras. (ekspresi jijik)



Di Persidangan
Hakim                    : (dok dok dok) Perhatian para hadirin, sekarang kita mulai persidangan kasus Muhammad Oye. Jadi ngrumpinya ditinggal dulu, ya. (mengetok palu). Silakan Muhammad Oye, duduk di kursi yang telah disediakan.
Pemuda                 : Siap, Bu hakim! (berjalan dengan wajah teler)
Hakim                    : Apakah keluarga korban sudah datang? (celingukan)
Ani                          : Sudah dari tadi, Bu hakim!
Hakim                    : Wah bagus bagus. Tepat waktu semuanya. Mari kita mulai sidangnya.
Ani                          : Yuk mari. Cepat Bu hakim.
Hakim                    : Silakan bacakan laporan anda, Jaksa.
Jaksa                      : Pembunuhan terhadap wanita bernama Anu oleh Muhammad Oye, pada tanggal sekian bulan sekian, tidak disertai bukti-bukti yang cukup. Oleh karena itu jaksa mempertimbangkan tentang hukuman 50 tahun terhadap Muhammad Oye di kurangi.
Hakim                    : Baiklah, hakim telah memutuskan, pembunuhan oleh Muhammad Oye terhadap wanita bernama Anu pada bulan sekian tahun sekian, dijatuhi hukuman 3 bulan penjara. Dok...dok...dok...
Pemuda                 : Alhamdulilah. (loncat-loncat kegirangan)
Ani                          : lho lho lho.. Bagaimana ini? Masa pelaku pembunuhan hukumannya cuman tiga bulan? Sama maling sandal aja lamaan maling sandal. Apa semua udah sinting? Dasar hakim otaknya miring.
Hakim                    : Dok...dok...dok.. Sudah-sudah jangan ribut kayak arisan di pasar buah.
Ani                          : Heh hakim, bisa-bisanya pembunuhan berencana begini kau beri hukuman hanya                    3 bulan. Padahal di persidangan yang lalu anda menjatuhi hukuman 50 tahun penjara, saya tidak bisa terima dengan putusan anda, hakim agung.
Jaksa                      : Tapi saksi tidak bisa memberi keterangan dengan jelas. Hei saksi, apakah kau benar-benar yakin melihatnya membunuh anu?
Saksi                       : (nervous) I..iii ya. Eh, t..ti...dak, eh gimana ya?
Jaksa                      : Melihat apa tidak?
Saksi                       : Maaf jaksa, saya tiba tiba lupa lagi.
Hakim                    : Benar-benar saksi yang aneh dan tak bisa diandalkan
Saksi                       : Oiya, saya ingat lagi!
Hakim                    : Bagaimana? Kamu ingat cara dia membunuh? Kamu ingat kalau benar-benar dia yang membunuh anu?
Saksi                       : Iya..eh (berfikir sejenak). Maaf tiba-tiba saya lupa lagi.
Hakim                    : Ah, sudah-sudah, susah memang ngurusin saksi nggak waras.
Ani                          : Terus bagaimana pak hakim?
Hakim                    : Anda lihat sendiri, kan? Saksi pelupa ini nggak bisa dimintai keterangan
Ani                          : Tapi ini tak adil, Bu hakim. Dia sudah membunuh kakak saya, harusnya hukumannya setimpal juga (mulai marah).
Keluarga               : Tapi kan tidak ada bukti!
Ani                          : Tapi dia hanya lupa. Bisa saja keluargamu memang benar-benar membunuhnya!
Jaksa                      : Sudah-sudah. Tak baik bertengkar di sini.
Saksi                       : (mengacungkan jari)
Jaksa                      : Mohon semuanya tenang dulu (nada keras sambil memukul palu)
                                Ya, silahkan saudara saksi. Apa yang ingin anda sampaikan?
Saksi                       : Sebelumnya, saya ingin meminta maaf dulu kepada Hakim Agung yang terhormat. Tempo hari yang lalu,tepatnya seelah persidangan selesai, saya melihat bapak Jaksa disuap.
Hakim                    : Benarkah?
Saksi                       : Benar pak Hakim.
Hakim                    : Benar begitu Jaksa?
Jaksa                      : Tidak mungkin. Itu salah!
Keluarga               : Benar, itu salah. Mana mungkin Jaksa yang terhormat di suap. Lagian siapa juga yang mau nyuap.
Saksi                       : Dia pak Hakim (menunjuk keluarga)
Keluarga               : Apa? Gue? Nggak banget kali… Kamu nuduh aku? Ngajak ribut!
Hakim                    : Sudah..sudah. Buat apa anda ngeyel sama saya? Yang tahu hukum itu saya bukan anda. Jadi saya mohon anda bisa menaati apa yang saya putuskan.
Ani                          : Tapi keputusan anda sudah keterlaluan, saya memang awam terhadap kasus dan hal-hal yang terkait hukum. Namun saya menaruh kecurigaan terhadap anda, Pak jaksa. Sepertinya ada yang anda sembunyikan. (sambil berdiri dengan nada marah)
Jaksa                      : Jadi, anda menuduh saya melakukan sesuatu dibalik semua ini? Lancang sekali anda, Nyonya! Bisa saya tuntut balik anda dengan tuntutan pencemaran nama baik dengan pasal berlapis.
Ani                          : Maaf, Pak Jaksa. Anda tidak usah mengalihkan pembicaraan. Ini melenceng terlalu jauh dari masalah awal.
Saksi                       : Saya melihat bapak Jaksa diberi koper oleh seorang perempuan cantik dan sepertinya mereka terlibat pembicaraan yang serius.
Hakim                    : Jangan-jangan ….
Saksi                       : Iya, memang benar Hakim. Saya punya bukti yang sangat otentik. (mengeluarkan foto dari tasnya)
Hakim                    : Lho, ini bukannya Miss Kimi dan Jaksa Gumi? Wah.. ternyata ada persekongkolan di antara mereka.
Saksi                       : Betuk, betul, betul. Hakim, beri mereka hukuman yang setimpal!
Hakim    : Dengan demikian, saya jatuhkan hukuman 30 tahun penjara untuk 2 terpidana penyuapan dan tindangan tidak menyenangkan. SEKIAN ! (dok dok dok)


(ttugas ujian B.Indo)

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Ga guna banget kakak banyak ana basa basi GK jelas lagi pasalnya

    BalasHapus
  3. Panjang banget kak, pinjam naskahnya ya buat tugas pentas drama :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abu Ali Counts his Donkeys

Abu Ali Counts his Donkeys One day Abu Ali went to the fair, and bought nine donkeys. He rode home on one of them the rest of the donkeys followed behind. After a while Abu Ali said to himself, “I must make sure all my donkeys are here.” And he turned round to count them. “One, two, three, four, five, six, seven, eight. Oh! Where’s number nine?” Abu Ali cried He jumped down from his donkey. He looked behind the rocks and behind the trees. But there was no donkey to be seen.

Tugas esai tentang teknologi

Ini adalah hasil yang aku buat untuk memnuhi tugas membuat esai Bahasa Indonesia. Temanya tentang teknologi. Jika ada kekurangan saya minta maaf, dan mohon kritik membangun dari pembaca sekalian. Hacker bagi Keamanan Situs Pemerintah Oleh :Anggit Surya G. XII IA4/03                 Internet sudah menjadi hal yang biasa dijaman sekarang. Internet seperti sudah bukan kebutuhan mewah lagi, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer bagi seseorang. Internet tidak hanya dapat diakses oleh orang-orang menengah keatas saja, namun orang-orang menengah kebawahpun sudah dapat mengaksesnya, bahkan gratis. Hal itulah yang memicu perkembangan pesat internet di dunia maya. Dari pendidikan, bisnis, berita, hingga masalah kenegaraan ada di dunia maya. Tidak hanya yang bersifat umum dan terbuka saja, namun hal yang bersifat tertutup dan rahasia dari suatu hal juga banyak yang lalu-lalang di dunia maya. Hal ini lah yang menarik minat para hacker-haker untuk menguak informasi yang rahasia, terutama d